Membakar Jasad, Membebaskan Atma

Tradisi Ngaben Bali: Membakar Jasad, Membebaskan Atma

 

Ngaben atau juga dikenal sebagai Pelebon (untuk bangsawan) adalah upacara pembakaran jenazah yang sangat ikonik dan sakral dalam tradisi Hindu Bali. Upacara ini merupakan bagian dari Pitra Yadnya, yaitu persembahan suci yang ditujukan kepada leluhur.

Tradisi ini mencerminkan filosofi Hindu yang memandang kematian bukan sebagai akhir, melainkan sebagai transisi atau awal perjalanan spiritual menuju kelahiran kembali (Punarbhawa) atau pembebasan sempurna (Moksa).


 

I. Filosofi Kematian dalam Siklus Hidup

 

Ngaben didasarkan pada keyakinan mendalam umat Hindu Bali terhadap Panca Sradha (lima kerangka dasar kepercayaan), terutama konsep tentang Atman (roh) dan Punarbhawa (reinkarnasi).

Konsep Kunci Deskripsi Filosofis
Panca Maha Bhuta Lima elemen pembentuk tubuh kasar manusia: Pertiwi (tanah), Apah (air), Teja (api), Bayu (udara), dan Akasa (eter).
Tujuan Ngaben Mengembalikan unsur-unsur Panca Maha Bhuta pada jasad kembali ke alam semesta (Bhuwana Agung) secara cepat dan suci.
Fungsi Api Api (Teja) dalam kremasi dianggap sebagai elemen penyuci (pralina) yang mampu memurnikan roh (Atma) dan memutus ikatan roh dengan jasad kasar (stula sarira) serta ikatan duniawi.
Sikap Keluarga Kematian tidak ditangisi dengan kesedihan berlarut-larut. Sebaliknya, upacara dilaksanakan dengan meriah dan penuh keikhlasan, karena diyakini tangisan dapat menghambat perjalanan Atma menuju alam suci.

 

II. Prosesi dan Simbolisme Upacara

 

Upacara Ngaben adalah prosesi yang megah, melibatkan gotong royong seluruh Banjar (komunitas desa) dan sarat akan simbol-simbol spiritual:

 

1. Persiapan Sarana dan Tempat

 

  • Bade/Wadah: Menara bertingkat yang digunakan untuk mengusung jenazah. Semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi kasta atau kedudukan spiritual almarhum. Bade melambangkan kendaraan spiritual yang mengantar Atma ke alam atas.
  • Lembu/Patarana: Keranda berbentuk binatang (Lembu atau singa) yang digunakan untuk tempat pembakaran jenazah di lokasi kremasi. Hewan ini melambangkan Wahana Dewa (kendaraan dewa) yang akan membawa roh.
  • Kajang: Selembar kain atau kertas yang ditulisi aksara suci, diyakini sebagai “surat roh” agar dapat dikenali di alam baka.

 

2. Ritual Inti dan Pembebasan Roh

 

  • Prosesi Pengantaran: Jenazah diarak dari rumah duka menuju tempat kremasi diiringi gamelan dan sorak sorai. Jenazah di dalam Bade sering diputar-putar di persimpangan jalan atau di depan kuburan.
    • Makna Perputaran: Dipercaya sebagai upaya untuk membingungkan roh jahat agar tidak mengganggu, dan sebagai simbol pelepasan ikatan duniawi dengan rumah dan lingkungan sekitar.
  • Ngeseng (Pembakaran): Jenazah diletakkan di dalam Lembu atau Bade dan dibakar. Ini adalah puncak ritual di mana api menyucikan dan membebaskan Atma.
  • Nganyud: Setelah pembakaran, sisa abu dan tulang dikumpulkan, diupacarai, dan kemudian dihanyutkan ke laut atau sungai. Ini melambangkan pengembalian unsur Apah (air) dan penyatuan kembali roh dengan alam semesta.

 

3. Tahap Lanjutan

 

  • Ngulapin/Ngaskara: Ritual penyucian awal dan pemanggilan roh.
  • Nyekah/Mamukur: Upacara lanjutan yang dilakukan beberapa waktu setelah Ngaben untuk memohon agar roh almarhum mencapai kedudukan leluhur suci dan akhirnya mencapai Moksa (kebebasan tertinggi).

Ngaben, dalam kemegahan dan ritualismenya, adalah cerminan ajaran Hindu Bali yang mengajarkan kesadaran bahwa hidup di dunia fana hanyalah sementara, dan tujuan utama adalah mencapai kebebasan spiritual.

By admin

Related Post